Postingan

Moon

Bukan kah melelahkan menahan sesuatu yang memiliki kehendak bebas? Bebas untu pergi, bebas untuk meninggalkan, dan bebas untuk melukai. Bukankah sejak awal harusnya tau, bahwa menahannya untuk tetap bersamamu adalah sebuah kesalahan besar.  Dia memiliki kehendak bebas untuk melakukan apa yang dia mau, sementara kamu seolah olah menahannya agar dia tetap bersamamu. Perihal jodoh dan takdir, tidak ada yang berhak mengatur. Kita hanyalah goresan tinta yang tertulis rapi di atas kertas  yang tidak bisa dihapuskan. Merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, sehingga tidak terasa menjadi serangkaian cerita. Layaknya sebuah deretan kalimat-kalimat, tentu akan terasa indah dan bermakna jika diberi jeda antar kata. Tidak perlu dipaksakan untuk menyambungkan antar kata, karena yang sesuai  tentu tidak akan saling menutupi arti, melainkan saling melengkapi. Sama halnya dengan kamu, aku tidak lagi  ingin berusaha mengekangmu untuk tetap bersamaku, melainkan berlarilah kemanapun kamu mau. Kema

Untitled

Aku pernah begitu bersyukur dan bahagia bisa mengenal seseorang yang dari padanya aku menemukan karakter yang selama ini aku cari. Daripadanya aku menemukan sebuah jawaban dari sebuah pertanyaan yang selama ini aku tanyakan kepada diri sendiri tentang "apa yang kamu cari dalam hidup ini" Aku tidak hanya mencintainya, tapi aku ingin tumbuh bersamanya. Aku ingin merasakan bahagia bersama dengannya. Aku ingin kita bisa sama sama mengucap syukur karena dari pertemuan ini kita bisa saling kenal dan saling menemukan tujuan hidup yang selama ini kita cari. Tapi, itu semua hanya bagian dari cerita fiksi. Sebuah ekspektasi. Tidak akan pernah bisa menjadi sebuah realita. Yang aku dapatkan ternyata bukanlah sebuah pencapaian namun hanya pelajaran. Yang membuatku ingin tumbuh bersamanya adalah karena dia adalah wanita yang tangguh. Dia mampu menutupi segala lelahnya dengan tetap menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya. Diapun tahu bagaimana mengontrol emosi dengan tidak melukai perasaa

Ketetapan Semesta

Jika semua berjalan tak sesuai rencanamu, Itu berarti ada hal lain yang telah disiapkan oleh semesta terhadapmu. Bukan tentang apa yang kamu mau, tapi tentang apa yang lebih kamu butuhkan kelak. Percaya saja, semua sudah tertuliskan di dalam cerita kehidupan. Jalani saja peranmu, lakukan saja kebaikan. Jika gagal, itu bukan salahmu dan jangan terlalu dibawa perasaan dan pikiran. Sesuatu yang tertanam baik, akan berbuah dengan baik. Ini semua hanya masalah waktu. Belum tentu apa yang kau pikirkan baik, akan berdampak baik bagi kehidupanmu mendatang. Apalagi jika itu melibatkan banyak peran. Adakalanya air mata kesedihanmu yang sekarang akan berbuah rasa syukur di kemudian hari. Janganlah takut dengan penolakan, karena setiap manusia yang menginginkan penerimaan akan berhadapan juga dengan penolakan.  Penolakan tidak membuatmu mati.  Penolakan hanya membuatmu belajar bahwa kehidupan memang seperti ini. Masih banyak hal yang perlu disyukuri. Jika memang sesuatu sudah disiapkan untukmu, ma

Self Healing

 Ternyata patah hati tidak separah yang dibayangkan.  2 bulan lalu, sebelum tulisan ini di buat. Tepatnya bulan Maret, saya benar benar bersyukur atas apa yang boleh saya terima di dalam hidup saya.  Tuhan mengirimkan seseorang yang selama ini saya cari, meskipun usianya terpaut cukup jauh dengan saya. Setidaknya ketika bersamanya, saya bisa merencanakan sesuatu yang lebih besar di kemudian hari. Tentu untuk hidup bersama dengannya. Namun, ketika memasuki bulan April, saya tidak menyangka bahwa itu adalah kali terakhir saya mengenggam tanganya. Itu adalah kali terakhir saya mencium keningnya. Saya tidak mengira secepat itu hal baik bisa berlalu. Tepat sepanjang bulan April, kita sudah tidak bisa saling berkomunikasi. Entah, salah saya ada di mana. Tuhan mengambil dia dari saya. Apa yang sudah saya rencanakan, ternyata itu tidak disetujui olehNya.  Sepanjang bulan April saya habiskan untuk kecewa dan menyiksa diri saya sendiri.  "Mengapa Tuhan selalu tidak bisa melihat saya bahagia

ALLAH MAHA PENCEMBURU

Sebuah monolog sederhana yang aku ucapkan dikala tak ada lagi telinga yang mau mendengar rententan kata-kata yang kuucap. Setidaknya aku masih tahu cara untuk berbicara dengan diri sendiri. Capek ya? Berkali kali jatuh kelubang yang sama. Ya, capek juga sih. Padahal tujuannya udah dirangkai sedemikian rupa, sehingga aku bisa bersamanya nanti. Kecewa gak? Udah merangkai rencana, tapi ujung ujungnya gagal lagi. Ya, kecewa sih. Bahkan sekarang sampai tulisan ini dibuat, aku sudah gak mau main main lagi sama perasaan. Trauma? atau...mau nunggu dia kembali? Trauma sih iya, kalo nunggu dia....entahlah. Gelap. Aku ga bisa ngeliat dia ada di masa depanku atau enggak. Kenapa ya tiap kali udah serius sama satu hati, bahkan udah komitmen tapi ujung ujungnya selalu gagal. Ya, mungkin karena ada sosok yang ga mau ngeliat kamu jatuh cinta berlebih. Siapa? Emang ada ya yang kayak gitu? Ya ada lah. Tuhan. Allah. Dia Maha Pencemburu. Ga mau ngeliat hambaNya jatuh cinta kepada segala sesuatu selain DIA

Belum Ada Judul

A dalah waktu yang menjadikan semuanya mungkin, N yata, begitu komitmen terucap untuk meyakikanmu. Y ang aku tahu, jari jemari kita pernah saling bergenggaman begitu indah. A ku berharap kamu tidak hanya sekedar singgah. A wal selalu bermula indah, G ejolak hatipun mengerti bahwa hadirmu menjadi penyembuh lukaku di masa lalu. R angkaian doa selalu aku panjatkan kepada sang pemberi kehidupan. I ndah ini tak mau aku akhiri sendiri,  P adamu aku tahu kemana aku harus pulang ketika lelahku ada. H arapan dan komitmen sudah kutulis dalam buku masa depanku dengan namamu di dalamnya. I ndah memang yang pernah tertulis, N amun aku kembali ditampar dengan realita. A khir dari cerita ini adalah aku kembali belajar tentang 'mengikhlaskan dalam diam'  

untitled

 "ikhlas"   sempat terucap akan sebuah janji, untuk sebuah nama yang masih ada dalam sanubari, 'aku tidak akan pergi' karena aku sudah menemukan apa yang selama ini aku cari   aku pernah kagum akan hadirnya senja. senja yang nyata dan selalu aku tunggu. namun, sejak saat itu.... cara pandangku terhadap senja tidak lagi sama. senja hanya singgah untuk sementara, memanjakan mata, memukau jiwa. ketika aku tahu bahwa senja begitu indah, dia pergi. hilang. dan senja itu kamu...   aku tahu semesta mempertemukan kita pasti dengan sebuah alasan, dan aku tahu ketika semesta tidak lagi mengijinkan kita untuk bertemu, itu juga dengan sebuah alasan. untuk kebaikanmu, untuk bahagiamu, kini aku belajar dan mendalami satu pelajaran penting yaitu "IKHLAS" - For Anya Agriphina Surabaya, 12 April 2021  semoga bahagiamu selalu sejalan dengan kehendak semesta. Rgds, Thom L.