LDR

"Seseorang mungkin tidak akan mengira kapan ia bertemu dengan seseorang yang ia cintai. Begitu juga dengan kapan ia akan berpisah dengan orang yang ia cintai. Yang jelas ialah saat mereka berdua bersama,waktu yang mereka lalui tidak akan pernah cukup"


Awalnya aku tak mengerti tentang artinya cinta. Aku terlalu asyik dengan duniaku sendiri,seolah-olah waktu tak akan mampu mengejarku. Untuk soal cinta,aku tidak terlalu memikirkannya. Buatku saat ini cinta itu hanyalah sebuah angin yang tak tentu kemana arahmya berhembus.
Namaku Priscilla Angelita. Temen-temen biasanya memanggilku Silla. Umurku 23 tahun dan sekarang aku masih lebih fokus ke karirku dari oada fokus mencari jodoh. Aku rasa untuk masalah karir akulah orang yang paling beruntung,karena aku bekerja berdasarkan hobi. Hobi yang dibayar. Sudah 5 tahun belakangan ini aku bekerja di beberapa redaksi majalah serta event-event penting di Jakarta. Aku memilih bekerja sebagai photographer. Memang sih,orang mengira bahwa hasil dari seorang photographer tidak sebesar jadi modelnya. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Bagiku bekerja sesuai passion dan hobi sudah merupakan motivasi tersendiri.

IN THE AFTERNOON....

"Ma,aku berangkat dulu ya. Ntar mungkin pulangnya rada malam" teriakku sambil memasang sepatu.
"Iya,Sil. Hati-Hati ya. Apa nanti Pak Siswono di suruh jemput aja?" tanya mamaku
Pak Siswono merupakan orang kepercayaan keluargaku. Dia sudah bekerja dengan kami sejak......ehm,aku masih SMP hingga sekarang ini..
"Enggak usa deh,ma. Aku bareng Vony aja" jawabku
Vony adalah sahabatku sekaligus tetanggaku. Buatku dia adalah seorang partner-in-crime. Banyak hal-hal konyol dan mengharukan yang sudah kami lewati bersama. Tanpa pikir panjang aku segera pergi meninggalkan rumah menuju kantor untuk segera melakukan pemotretan.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.12 pagi. Orang kantor pasti akan memakiku kalau aku sampai telat. Akhirnya aku sampai juga di kantor dan beruntunglah aku tiba sama seperti waktu yang dijanjikan. Tapi anehnya sampai sekarang belum satupun kabar yang aku terima untuk pemotretan hari ini. 1 jam 2 jam aku menunggu. Terkutuklah orang yang berani membuatku terburu-buru di perjalanan. 
Aku mendengar dari kejauhan suara Pak Rico selaku kepala redaksi dari majalah ini.
"Silla,ini orang yang kamu tunggu-tunggu. Dia baru datang" 
Aku pun langsung berdiri dari kursiku dan segera menuju keluar. Tak lama aku dikejutkan dengan wajah yang tak asing di dalam hidupku. Wajah yang dulu pernah aku simpan di dalam setiap mimpi indahku. Fery. Andrian Feryanto. Begitu aku masih mengingat wajah dan namanya. Yap! Dia adalah mantanku disaat aku masih duduk di bangku SMA.
"Fery? Lu Fery kan?" tanyaku sambil menunjuk ke arahnya.
"Gila! Ingatan lu masih kuat kayak dulu,Sil. Jadi lu fotografernya?" tanyanya sambil menepuk pundakku.
"Yoi,Fer. Bytheway,gue gak nyangka bisa ketemu ku di sini pas lu udah jadi model foto gue. HAHAHA"
Tanpa basa-basi lagi aku segera mengambil peralatanku dan menyiapkan setting lampu untuk pemotretan. Memang saat bertemu kembali dengannya jantungku berdetak tak karuan. Dulu ia yang pernah mengisi kekosongan ini,tapi kemudian dia pergi dan hanya menyisakan serangkaian kenangan. Aku sudah berjanji untuk tidak kemakan omongannya lagi. Sudah cukup sekali untuk merasakan sakit hati. Biarlah masa lalu menjadi pembelajaran di dalam hidupku,dan biarkan masa depan terus menuntunku.
Selesai pemotretan akupun segera kembali menuju mejaku untuk melakukan editing,tetapi sebelum aku beranjak,tangan kekar Fery memegang bahuku. 
"Wait,Sil,gue bagi nomer Whatsapp lu dong. Pin atau Id LINE juga boleh" mintanya.
"Okey,tapi kalo gue jarang bales jangan marah ya." jawabku santai
"Absolutely,Miss Busy." 
Dia memanggilku dengan sebutan Miss. Entah hanya guyonan atau memang dia tahu kalau sebenarnya aku belum menikah. Tapi ah sudahlah..aku harus fokus untuk kembali ke pekerjaanku.
Aku masih berkutat dengan pekerjaanku. Editing sana-sini,calling sana-sini sudah menjadi pemandangan unik bagi teman-teman ruang kerjaku. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan getaran HPku yang sengaja aku taruh di sebelah laptop. Tak lama kulihat ternyata nomer baru menelponku.
"Halo,Selamat sore." Sapaku dengan nada lembut.
"Weits, Formal amat lu,neng. Masih kerja?" terdengar suara pria di seberang sana.
"Iya. Ini siapa ya?" tanyaku lagi
"Ini Gue. Fery!" 
"Ada apa lagi,Fer? Gue sibuk,nih. Ntar aja kalo mau telpon!" jawabku dengan nada jutek.
"Nyantai Miss. Gue tunggu lu di depan ya. Ntar kalo udah selesai ngantor,naik aja di Ford Fiesta warna putih."
Aku segera meng-iya-kan ajakannya dengan tujuan tidak lagi ada basa-basi. Aku tidak mau pekerjaanku terpinggirkan. Apalagi kalau sudah denger ocehan Pak Rico. Bisa kacau hidup gue dengerin intonasi orang yang tidak ada nafasnya. 

Setelah selesai dengan segala urusan kantor akupun bergegas menuju parkiran dan "DAMN!" ternyata benar si Fery masih menungguku. Entah ada angin apa dia baik padaku.
"Sorry Fer gue rada telat." sambil kubuka pintu mobilnya.
"No problemo,Miss!" jawabnya dengan senyuman sinis.
"Bisa ga sih lu berhenti manggil gue,Miss?!" 
"Sowrry! Okeey!"
Tanpa banyak basa-basi diapun segera memacu mobilnya menuju ke arah kemacetan kota. Aku pikir dia masih ingat dengan lokasi rumahku. Secara terkahir kali dia mampir ke rumahku sekitar.....ehm,6 bulan yang lalu. 
"Lho,kita mau kemana? Rumah ku kan masih terus?" tanyaku panik.
"Lu ga laper apa? Gue mau makan." jawabnya santai.
Aku hanya terdiam tanda mengiyakan ajakannya. Dan akhirnya kami sampai di salah satu rumah makan yang gak asing lagi buatku. Iya aku ingat dengan rumah makan ini. Ini rumah makan tempat pertama kali kita jadian dulu. Kalau bisa kembali ke masa-masa itu,rasanya aku ingin stuck dan gak mau pindah lagi. Tapi,ah sudahlah...
"Woy,ngelamun apaan sih?" tanya Fery ketus. "Lu masih keinget sama rumah makan ini,ya?" tanyanya lagi.
"Enggak. Aku udah lupa kalo aku pernah makan di sini." jawabku jutek. Ingin rasanya aku membenturkan kepalaku di tembok dan berharap aku amnesia seketika. Tapi mungkin tidak bisa. Ingatan mungkin bisa lupa,tetapi kenangan tidak akan pernah lupa.

Suasana senja di tengah kota. Ferypun mengajakku untuk berbicara,kali ini aku tatap matanya dalam-dalam. Aku bisa melihat rasa kerinduan yang mendalam. Rasa yang dulu pernah kita rasakan bersama. Jujur,aku pasti luluh dan mengiyakan jika dia mengajakku balikan sekarang. Mungkin aku di cap sebagai cewek yang plin-plan. Tapi siapa tau tentang perasaan. Kita tidak bisa menebak kapan rasa cinta itu akan kembali datang dan kapan akan pergi.
"Sil,gue tau lu masih ga bisa maafin gue masalah dulu. Gue tau lu masih ga percaya lagi sama omongan gue. Tapi gue cuma mau minta sama lu. Kenapa lu gak coba lupain masalah dulu dan kembali lagi baik-baik dari awal?" tanyanya dengan lembut.
"Fer,dengerin gue. Gue udah coba lupain masalah kita dulu. Gue juga ga pengen nyimpen beban ini. Tapi aku masih belum siap buat ngerasain sakit hati lagi." jawabku. Aku hanya bisa melihat Fery terdiam dengan mata berkaca-kaca.
"Kita jalanin ini bersama-sama lagi ya. Bukan kamu yang cuma nyimpen beban itu sendiri. Aku juga nyimpen beban itu. Kita sama-sama ngerasain. Aku belum bisa maafin diri aku sendiri,begitu juga dengan kamu yang gak akan pernah bisa maafin aku. Apa gak ada kemungkinan kalau kita bakal hadapin ini bersama-sama lagi?"
Mendengar pertanyaan itu aku pun luluh,air mataku mulai menetes dan dengan segera jari lembut Fery menghapus air mataku.
"Satu kesempatan lagi ya,Fer. Kita coba bersama lagi." jawabku dengan menahan isak tangis.
"Thankyou,Priscilla Angelita. Aku gak akan buat cewek yang aku sayangi nangis untuk kedua kalinya.I Promise" jawab Fery sambil mengenggam erat tanganku. Mendengar suaranya memanggil nama lengkapku,aku merasakan kehangatan di dalam hati. Aku berharap keputusan barusan tidak membuatku menelan ludah sendiri.
Tidak ada yang  bisa mengira kapan cinta akan datang dan kapan cinta akan pergi dengan sendirinya. Tidak ada yang  bisa disalahkan saat cinta itu datang kembali,kita hanya bisa menerima dan seolah-olah melupakan luka yang dulu pernah ada.
Berbulan bulan kita jalani waktu bersama,tahun berganti tahun kita telah lewati,dan sekarang 3 tahun sudah aku berbagi tawa dan ceria bersama Fery. Aku mengerti Ferypun merasa nyaman dengan hubungan ini.
"Cil,besok aku jemput kamu jam 10 ya. Mumpung besok aku ga ada job dan aku tau kamu juga pasti libur." katanya dari telpon.
"Okey deh,Fer. tapi mau kemana?" tanyaku
"Ah...udahlah. I'll give you a surprise. Pokoknya gue yakin lu bakal seneng." jawabnya dengan nada congkak.
Fery memang orang yang seperti itu. Dari dulu,semenjak kami berdua pacaran,Fery selalu hidup dengan penuh kejutan. Buat aku dia seorang pria yang misterius yang mampu membuat orang-orang sekitarnya penasaran.

KEESOKAN HARINYA.....

"Tadaaaaaa....surprise,Cil. Aku beliin kamera plus lensa baru buat kamu. Aku ga tau lu bakal suka atau enggak. Hahaha"
Akupun hanya bisa terdiam dan menahan haru. Dia tau banget kalau sebenarnya kameraku memang sudah layak untuk ganti. He was my best moodbooster i ever had.
"Thankyou,sayang. Kamu tau banget! Aku bakal pake ini terus dan bakal jaga baik-baik." jawabku selagi memeluk Fery.
Kamipun larut dalam suasana canda tawa,namun seketika mimik muka Fery berubah menandakan ada yang tidak beres.
"Cil,aku juga pengen bilang sesuatu ke kamu." katanya
"Apaan? Jangan sok drama deh,sayang!" jawabku ketus.
"Aku bakal study ke Jerman. Aku udah putusin ini baik-baik dan kedua orang tua aku ternyata bersih-keras untuk tetap menyuruhku berangkat ke Jerman." jawabnya
"Heh! Kenapa kamu ga bilang sebelumnya ke aku? Kenapa kamu baru bilangnya sekarang? Aku gak mau kal....." jawabku terhenti.
"Aku tau,sayang. Aku juga ga mau kalau kita kehalang sama yang namanya jarak. Tapi aku ga bisa apa-apa sama orang tua aku. Kamu tau sendiri kan sifat mama papaku?"
"Kamu dulu udah janji kalau kamu ga bakal ninggalin aku di sini. Kamu dulu janji kalau ga pengen liat aku nangis lagi,tapi sekarang...." aku tidak sanggup berbicara lagi. Air mata segera turun dan aku hanya bisa terbata-bata. Fery berusaha untuk menenangkanku. Dia memelukku erat seolah-olah pertanda bahwa dia tidak ingin berpisah denganku. Kali ini aku coba untuk mengalah. Aku berusaha hapuskan semua egoku untuk kebahagiaannya.  Aku berusaha menenangkan diriku dengan menghirup nafas panjang.
"Okey,Fer..Aku ngerti. Aku paham. Kalau kamu udah di sana,sering-sering kasih kabar ya. Jangan lupa buat selalu kabarin aku. Aku ga mau tau pokoknya kamu harus kabarin aku. Titik." jawabku dengan jutek.
"Oke,sayang. Pasti. I promise. Thankyou ya kamu udah ngertiin aku,Priscilla Angelita." jawabnya sambil tersenyum.
"Emang kamu kapan mau berangkat?" tanyaku dengan santai sambil menghapus sisa-sisa air mata.
"Lusa. I had already prepare at all." jawab Fery
Aku hanya bisa menahan perasaanku. Aku kembali berusaha menahan egoku mendengar kata "Lusa" yang baru keluar dari mulutnya. Ingin rasanya aku memeluk dirinya erat-erat berharap dia tidak bsa pergi kemana-mana,namun aku tidak boleh seperti itu. Ini semua demi kebaikan Fery. Aku sadar,setiap hubungan pasti ada pengerbonannya. Kali ini aku realakan diriku untuk berkorban demi dirinya.
"Okey,Aku anterin kamu ke Bandara ya?" pintaku.
"Oke deh,sayang."

Memang berat kenyataan kali ini,aku harus mencoba belajar hidup tanpanya dengan alasan jarak yang terlalu jauh. Aku harap kami tetap bisa berhubungan meskipun jarak yang menjadi pemisah. Aku tau,komitmen dan rasa percaya kami sekarang sedang diuji dan aku yakin kami berdua pasti bisa melewati ini.

Berminggu-minggu aku mencoba menghubunginya. Berbulan-bulan aku tetap berusaha untuk menghubunginya. Mulai dari telpon,sms,chat,semua tidak ada balasan. Rasa kesendirian dan kebimbangan kembali menghantuiku. Haruskah aku berpura-pura merasa kuat dengan cobaan ini? Mampukah aku mencoba cuek dari kenyataan ini? Seandainya jarak tiada berarti,aku pasti sudah bisa melihat wajahnya kembali. Jika waktu dapat mengerti,pasti rindu yang kurasa tak akan selalu menghantui. Sampai kapan aku harus bertanya kepada sang waktu untuk memintamu kembali padaku lagi? Aku hanya bisa berpikir dan berkata di dalam hati,"Seseorang mungkin tidak akan mengira kapan ia bertemu dengan seseorang yang ia cintai. Begitu juga dengan kapan ia akan berpisah dengan orang yang ia cintai. Yang jelas ialah saat mereka berdua bersama,waktu yang mereka lalui tidak akan pernah cukup." And from now on,I always miss you,Andrian Feryanto.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur atas kegagalan??

Ketetapan Semesta

Dear 2019