Jatuh Cinta Diam-Diam


Pernah gak sih kalian ngerasain gimana rasanya jatuh cinta diam-diam? Jadi ibaratnya mendem perasaan kita ke orang lain gitu? Awalnya sih ngerasa biasa aja tapi lama kelamaan kalo kita nyimpen perasaan tanpa kita ungkapin itu rasanya ga enak juga. Pedih. Ibarat benih yang Cuma di tanam tanpa dipupuk atau disiram pasti benih itu gak akan tumbuh dan berbuah,kan? Begitu juga perasaan kita.

Aku teringat kejadian 3 tahun lalu waktu aku suka sama cewek. Bisa dibilang aku udah lama jalan sama dia tapi cuma sebatas sahabat. Oh ya,sebelumnya kenalin nama gue Alvin. Alvino Renata lengkapnya. Waktu itu aku masih kuliah sih di salah satu universitas swasta terkenal di Jakarta. Gue ngejalanin kehidupan gue ya seperti  mahasiswa lainnya tapi yang bikin aku beda sama yang anak yang lain gue maniak foto. Ya,fotografer lebih tepatnya. Kemana-mana Canon selalu menemaniku. Di kantin,di ruang kelas,bahkan sampai jam pelajaranpun aku paling sering dimarahi gara-gara foto diem-diem gitu. Nah,saking seringnya dimarahi gara-gara foto aku sampai-sampai dijulukin Maniak Foto sama temen-temen tapi anehnya mereka malah sering minta aku untuk ajarin gimana caranya ngefoto yang bagus. Memang sih aku sering menang di beberapa perlombaan foto yang diadain di Indonesia dan gue bangga. Sampai-sampai gue dapet beasiswa Internasional dalam bidang fotografi di Perancis tapi aku tolak alasannya karna gue lebih suka suasana alam di Indonesia. Makanya temen-temenku  pada tertarik minta diajarin foto sama aku dan malahan mereka mau ngasih tips. Tapi yang namanya persahabatan itu lebih penting dari materi akhirnya aku tolak! Aku bersedia ajarin mereka secara cuma-Cuma tapi waktu dan tempat aku yang nentuin. Dan suatu hari ada cewe dateng sendirian menghampiriku  tapi anehnya dia gak minta diajarin foto tapi mau tanya servis kameranya. Aku yang tau sedikit banyak tentang kamera akhirnya gue betulin kameranya tadi. Setelah selesai aku liat tangannya yang masuk ke dalam tas keliatannya buat ngambil sesuatu sih. Dan bener dugaanku dia ngambil uang dan memeberikannya uang itu untukku . Aku emang dasarnya orang yang suka nolong tanpa diberi imbalan tapi setelah  aku pikir-pikir khusus cewek ini aku pingin minta pinnya. Dan akhirnya gue dapet pin cewek tadi.

Dari obrolan singkat antara aku dan cewek tadi akhirnya aku tau namanya. Namanya Vanessa. Vanessa Octavia. Anaknya putih,rambutnya sepundak,gak  seberapa cantik sih tapi manis. Dan yang bikin gue interest ama dia itu lesung pipinya waktu dia tersenyum. Entah karena ada urusan apa akhirnya dia pamitan sama gue. Yah,emang begitu cewek slalu bikin penasaran. Gak perlu nunggu lama akhirnya gue langsung add pin yang dikasih tadi. Berharap lekas di-accept. Tapi setelah nunggu 1 sampai 2 jam akhirnya pin gue masih belum di accept juga. Sambil melepas penat akhirnya gue hunting di salah satu taman yang ada di pusat kota Jakarta. Ga tau kenapa setiap hunting foto di taman ini perasaan gue beda. Mungkin taman ini pernah jadi tempat bersejarah bagi gue dan mantan gue. Gak kerasa saking enaknya gue hunting-hunting foto hari udah mulai malam. Matahari udah mulai terbenam. Aku segera keluar dari taman yang akan tutup tersebut untuk menuju ke parkiran. Sebelum keluar aku ngeliat ada cewek yang gak asing lagi buatku. Kutuju langkahku untuk mendekat padanya. Dan benar apa yang kulihat. Dia Vanessa cewek yang tadi minta pertolonganku untuk membetulkan kameranya.

 “Hai Van,kamu disini sendiri? Kok gak pulang? Udah mau tutup lho!” sapaku kepadanya

“Oh,kamu. Ia,vin. Bentar lagi aku pulang.”

“Naik apa? Aku anterin yah?”

“Gak usa,vin. Sebentar lagi sopirku yang jemput.”

“Oh,Oke deh kalo gitu. Oh ya,pinku tolong di accept ya. Hehehe” pintaku dengan nada bercanda

“Oh ya,vin. Sorry tadi Hpku lowbat nanti kalo udah sampe rumah ya”

Akhirnya obrolan kami kembali terputus saat ada mobil yang menghampirinya. Dan ternyata itu mobil yang menjemput Vanessa. Setelah Vanessa berpamitan,aku melanjutkan langkahku menuju parkiran. Kuambil sepeda motorku dan langsung menuju pulang kerumah. Entah kenapa Vanessa bisa membuatku pikiranku sampai sekacau itu. Hatiku tidak tenang. Sesampainya dirumah aku dikjutkan dengan suara HP setelah kubuka ternyata itu pesan dari Vanessa. Akhirnya kami lanjutkan obrolan kami lewat pesan singkat di HP. Senang bukan main perasaanku. Yang tadinya terasa lapar,sejenak aku lupakan. Kamipun mulai berbasa-basi. Mulai tentang hobi,pelajaran dikampus,sampai masalah cinta. Ternyata Vanessa itu memang hobi fotografer,sama sepertiku. Dia anak dari keluarga yang broken-home. Sekarang dia tinggal bersama tantenya. yang semakin membuatku tidur tenang malam itu saat aku tau dia ternyata masih single.  Berarti pelangku untuk bisa menjadi cowoknya masih terbuka.

Keesokan harinya,saat kita bertemu dikampus aku berencana mengajaknya untuk makan di kantin. Tapi kali ini dia bersama teman-temannya. Aku memang anak yang cenderung pemalu. Sifat jelek ini sudah muncul dalam diriku semenjak SMP. Dulu aku yang sering dihina-hina sampai sekarang membawa efek yang buruk bagiku. Aku yang sering minder dan cenderung tertutup. Akhirnya aku urungkan niatku untuk mengajaknya makan waktu itu. Akupun sediri duduk di pojok kantin sambil memegang kamera kesayanganku. Kuusap lensa yang aku beli dari Singapura itu. Dan tiba-tiba aku kaget dengan suara wanita yang memanggil namaku. Dan setelah kulihat ternyata dia Vanessa. Dia mengangkat tangan kanannya dan melambai kepadaku,selah-olah dia mengajakku untuk gabung bersamanya. Aku gak bisa kesana. Aku malu dengan teman-temannya. Akhirnya aku pura-pura menelpon. E ntah apa yang ada di dalam pikiran Vanessa saat itu. Jengkel? Kecewa? Mungkin saja itu terjadi. Saat itu aku juga bingung bagaimana menjelaskan semuanya kepada Vanessa. Bahkan sekarang untuk menayapanya saja aku masih malu gara-gara kejadian tadi. Aku juga tidak tahu bagaimana menghilangkan sifat jeleku ini. Sambil termenung,tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundakku. Sontak aku kaget dan langsung menoleh. Tanpa disangka dia Vanessa. Iya,kali ini aku tidak salah liat. Dia menyapaku tapi kulihat kali ini dia sendirian. Aku segera minta maaf karena tadi tidak menghiraukan panggilannya. Kali ini aku berbohong. Aku berpura-pura mengangkat telepon tadi. Dia memahaminya dan hanya tersenyum kepadaku. Akupun lega saat tahu dia tidak marah padaku. Tak hanya itu isi obrolan kami. Dia memintaku untuk mengajarinya bagaimana cara mendapatkan hasil foto yang memuaskan. Dengan senang hati saya memberitahukan tips dan triknya kepadanya. Tapi kulihat masih ada kebingungan di muka Vanessa akhirnya keesokan harinya aku mengajak Vanessa untuk hunting foto di salah satu tempat terindah dan favorit bagi fotografer. Jauh dari keramaian Jakarta. Tidak ada gedung-gedung dan kebisingan perkotaan. Ya,dimana lagi kalau bukan di Puncak.  Aku memang sering hunting foto disini. Selain pemandangannya yang pas untuk dijadikan objek foto hawa sejuknyapun bikin siapa saja betah disini. Ternyata usahaku tidak sia-sia aku melihat seyum Vanessa yang tidak biasanya. Dia senang aku bawa kesana. Kulihat tidak hanya sekali dia menghirup nafas panjang pertanda dia menikmati udara sejuknya. Kami segera menuju tujuan kami kesini yaitu untuk hunting foto. Aku ajari dia secara langsung bagaimana mendapatkan hasil foto yang memuaskan. Sekali,dua kali hasil fotonya kurang memuaskan. Tapi karena kegigihan Vanessa-lah aku bisa melihat hasil foto yang indah. Bahkan aku secara langsung mengungkapkan kekagumanku pada hasil jepretannya. Tampak dia sangat senang sekali kupuji seperti itu. Candatawa serta dinginnya suasanya puncak membawa kesan romantis. Jujur aku memang sudah suka pada Vanessa tapi aku tidak tahu bagaimana dengan Vanessa sendiri. Sebenarnya aku kira waktu itu ialah waktu yang tepat untuk mengatakan apa sebenarnya isi hatiku kepadanya. Tapi seperti yang tadi aku ceritakan. Aku memiliki sifat pemalu. Pemalu untuk mengungkapkan perasaanku sendiri. Aku hanya bisa memendam perasaan. Aku hanya menikmati jatuh cinta diam-diam. Aku tidak ingin berharap terlalu tinggi bak terbang ke angkasa dan akhirnya jatuh kebumi merasakan sakitnya ditolak. Memang aku psimis tapi bagaimana jika ini realistis? Saat itu aku hanya bisa melamun. Tiap aku melamun tangannya selalu menepuk pundakku. Aku hanya bisa pura-pura menyembunyikan pikiranku dengan tersenyum. Tiap kali dia tanya masalahku aku hanya menjawab dengan “gak apa-apa” Memang itu kata-kata yang paling pantas untuk menyembunyikan sesuatu.
Bulan demi bulan,tahun demi tahunpun berlalu. Aku hanya menikmati hubunganku dengan Vanessa hanya sebatas sahabat. Sebetulnya aku tahu,aku bisa merasakan dari gerak-geriknya jika dia memiliki perasaan yang sama denganku tapi aku tidak mau takabur. Aku tidak mau terlalu percaya diri. Entah mungkin terlalu lama menunggu,akhirnya dia bosan dengan hubungan kami yang hanya sebatas sahabat. Aku melihat dia di salah satu cafe di suduk kota Jakarta. Tapi aku melihatnya dia jalan dengan seorang cowok. Gak salah lagi itu cowok sahabatku sendiri. Ryan namanya. Iya,benar aku gak salah liat itu pasti Ryan tapi kenapa dia jalan sama Vanessa? Aku berniat gabung ke mejanya tapi untuk kesekian kalinya. Aku malu! Aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Aku terus memikirkan hal itu. Tiba-tiba Ryan menoleh dan memanggilku. Mungkin karena flash dari kameraku dia segera tersadar ada aku disana. Begitu juga dengan Vanessa,dia mengajakku untuk bergabung ke mejanya. Kali ini aku harus memberanikan diri. Aku menghampirinya dengan langkah perlahan. Seolah-oalah aku tidak yakin dengan langkahku. Sambil menahan cemburu dan pikiran macam-macam aku duduk di sebelah Ryan. Untuk kali ini aku hanya bisa terdiam dan cemburu sambil melihat cewek yang aku taksir jalan berudaan dengan sahabatku. Gak beberapa lama aku pamitan pulang kepada mereka. Mungkin Vanessa bisa melihat mimik mukaku yang jengkelm,tapi aku langsung segera meninggalkan cafe tersebut. Memang benar,jatuh cinta diam-diam itu hanya bisa merelakan.

Keesokan harinya aku sempat bertemu dengan Vanessa di kantin kampus,hari itu aku berencana mengajaknya untuk nonton film yang dari dulu ia inginkan. Aku tak mengira dengan jawabannya. Sebelumnya dia tidak pernah menolak ajakanku tapi kali ini dia benar benar menolak ajakanku.  Matanya tidak menatapku. Gerak-geriknyapun seperti salah tingakh. Orang awampun pasti bisa mengerti kalo saat itu dia lagi berbohong. Tapi untuk menghilangkan prasangka buruk akhirnya akupun memahaminya aku hanya tersenyu dan berkata, “It’s Okey!” Saat aku memandangnya seolah tatapannya mengatakan permintaan maaf. Mungkin karena dia mengira kalo aku mengetahuinya dia lagi berbohong. Akhirnya kuputuskan untuk menonton film itu sendiri. Iya,lagi-lagi aku sendiri. Dengan itu aku menjadi lebih tenang. Tapi tidak untuk kali itu. Dalam pikiranku hanya ada dua nama yaitu Ryan dan Vanessa. Mereka seolah-olah menghantui pikiranku. Tiket yang kubeli akhirnya percuma karena aku tidak bisa menikmati filmnya dengan baik,pikiranku masih kacau. Ada hubungan apa sebenarnya mereka? Aku tidak sabar ingin mecari tahu. Aku segera keluar dari bioskop. Aku tidak tahu harus kemana dan bagaimana. Akhirnya terbesit di benakku untuk mampir di cafe tempat aku bertemu dengan Ryan dan juga Vanessa waktu itu. Lalu apa yang terjadi. Tebakanku kali ini benar. Aku bertemu dengan Ryan dan juga Vanessa. Badanku langsung lemas. Mereka berdua melihat ke arahku. Kali ini giliran Vanessa yang memanggilku. Dia mengajakku untuk gabung dengan mereka. Aku hanya bisa kecewa melihat Vanessa yang jalan dengan Ryan malam itu. Jadi alasan Vanessa menolak ajakanku karena dia ada janji dengan sahabatku sendiri. Aku hanya bisa terdiam dan menerima kenyataan. Tak hanya sampai disitu. Kesedihanku semakin berlanjut setelah mengetahui jika Vanessa dan Ryan sebenarnya telah berpacaran. Vanessa sempat mengatakan maaf karena telah membohongiku. Yang terpenting ialah Aku telah membohongi diriku sendiri. Aku tidak berani jujur dengan perasaanku sendiri. Aku tidak berani mengatakan perasaanku kepada Vanessa. Malam itu hanya penyesalanlah yang menghantuiku. Aku berpikir seandainya waktu bisa diulang. Selalu muncul kata-kata yang sama dalam beankku..SEANDAINYA...SEANDAINYA DAN SEANDAINYA.

Kini aku mengerti bahwa jatuh cinta diam-diam hanya bisa membuat kita benar-benar terdiam. Pada akhirnya orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan, mereka hanya bisa mendoakan setelah capek berharap. Pengharapan yang mulai tumbuh sejak kecil,hingga makin lama makin besar,lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya hanya bisa menerima. Mereka akhirnya paham jika kenyataan berbeda dengan apa yang mereka inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi tidak sesungguhnya dan sesungguhnya yang terjadi ialah kita hanya bisa merelakan.

“ORANG YANG JATUH CINTA DIAM-DIAM HANYA BISA SEPERTI YANG MEREKA LAKUKAN,JATUH CINTA SENDIRIAN”
 
SELESAI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur atas kegagalan??

ALLAH MAHA PENCEMBURU

Dongeng Sebelum Tidur