KETULUSAN CINTA
-KETULUSAN CINTA-
“Cinta sejati itu tidak harus memiliki. Cinta sejati tidak
pasti kapan ia datang dan kapan ia akan pergi. Cinta sejati itu harus saling
mengerti.” – Kata-kata indah itulah yang selalu aku ingat sampai sekarang.
Kata-kata dari seorang yang sangat aku cintai. Tapi sayangnya,kini dia telah
pergi. Ya,pergi dari hidupku dan memilih hidup dengan orang lain demi
kebahagiannya.
Cerita ini kuawali dari kehidupanku sekitar 3 tahun lalu.
Saat aku masih berkuliah disalah satu Universitas Swasta di kota Bandung. Aku
dikenal banyak orang karena kemahiranku bermain musik. Karena bakatkulah mereka
bisa begitu dekat dan mengenalku layaknya idola mereka. Padahal kuanggap diriku
biasa-biasa saja. Sebelumnya perkenalkan,namaku David. Kini aku bekerja sebagai
musisi dan guru les piano di salah satu sanggar musik di kota Jakarta. Meski
kesibukan selalu menemaniku tapi kenangan itu tak pernah bisa kulupakan. Memang
sampai sekarang aku masih mengingat kenangan itu.
Saat itu,umurku masih 20 tahun dan masih berkuliah di salah
satu Universitas Swasta di Bandung. Hari-hariku selalu kuhabiskan dengan jadwal
kuliah dan latihan musik. Aku selalu mengabaikan tugas-tugasku sebagai
mahasiswa. Aku memang terlahir dari keluarga pencinta seni. Ayahku mantan
seorang pemain gitar tahun 80’an. Ibuku seorang sinden terkenal di Jogjakarta.
Aku ingin mengikuti jejak mereka. Mereka tidak pernah memarahiku walaupun
nilai-nilai kuliahku jelek. Bahkan ayakhupun mengijinkan aku untuk putus kuliah
dan membentuk band. Tapi aku tidak mau,aku ingin mendapatkan gelar Sarjana dulu
baru berkarir di dunia musik. Sudah banyak prestasi yang aku buat di dunia
musik. Hingga pada suatu hari aku telat dalam kelas sastra. Saat mendekati
pintu kelas aku pelankan langkah kakiku. Aku buka pintu dengan perlahan. Tapi
aehnya,meski aku telah terlambat sepuluh menit dari jadwal biasanya aku belum
melihat dosen yang mengajar. Suasana kelas semakin ribut. Bangku-bangku tidak
tertata rapi. Kertas-kertaspun sudah berserakan. Aku langsung menuju kuris
bagian belakang yang kosong. Memang,aku orangnya suka menyendiri. Aku tidak
suka keramaian. Tak lama setelah aku duduk,suasana kelas mendadak sepi. Entah
apa yang terjadi. Kucoba mendongakkan kepalaku dan ternyata kulihat perempuan
cantik masuk ke kelasku. Entah siapa aku belum pernah bertemu sebelumnya.
Mataku hanya tertuju padanya. Dan ternyata dia adalah seorang dosen pengganti.
Namanya Luna. Ibu Luna Permata tepatnya. Kulitnya putih. Rambutnya panjang
terurai. Dia masih muda. Entah berapa usianya karena saat di tanya tentang
usianya dia hanya menjawab dengan senyuman. Dan yang paling aku suka dari dia
adalah lesung pipinya saat ia tersenyum. Dia cukup ramah dan dekat pada
mahasiswanya. Selain itu ada hal lain yang kusuka dari ibu Luna, beliau jarang
memberi murid-muridnya tugas. Setiap bertemu dengan beliau suasana hati serta
pikiranku serasa berbeda. Aku jadi lebih semangat. Aku yang selama ini dikenal
dengan anak yang cuek dengan tugas kuliahnya,kini telah berubah. Teman-temanku
serta orangtuaku pun heran. Memang Bu Luna memberi semangat baru pada hidupku. Suatu
hari aku menuju ke perpustakaan sekolah. Seperti biasa,kulakukan itu sendirian.
Memang terlihat aneh pergi kemana-mana selalu sendiri tapi kunikmati hal itu.
Ku habiskan waktuku hanya di perpustakaan kampus dengan membaca-baca buku
tentang musik. Aku tak tahu lebih tepatnya tak ingin tahu kenapa orang-orang di
perpustakaan semua menatapku dan tersenyum padaku. Sekali kusempatkan diriku
melihat cermin yang terletak di pojok perpustakaan. Aku mengira ada yang salah
dengan wajahku atau dengan cara berpakaianku. Ternyata tidak ada. Atau mungkin
karena aku yang terkenal karena kepandaianku bermain piano? Ah,itu hanya
pikiran sombongku. Akupun cuek danlanjut membaca buku yang baru kuambil. Tak
lama membaca,aku merasakan ada tangan yang memegang pundakku. Dan tanpa
kusangka setelah aku melihat ternyata itulah Ibu Luna. Dosen baru yang menjadi
favorit banyak mahasiswa pria tidak terkecuali aku. Dia menyapaku dan
menanyakan beberapa hal tentangku.
“Hai,maaf ganggu.
Kamu David,kan? Anak jurusan Sastra?”
“Oh,ya bu. Ada apa?”
“Ibu boleh minta tolong ga? Ibu minta kamu ajarin bermain
piano.”
“Saya? Beneran nih?” Sebenernya saya merasa malu
mengajari orang yang usianya di atas saya.
“Iya,kamu. Emang ga bisa ya?”
“Oh,Bisa bu. Saya mau kok. Tapi anehnya kenapa ibu minta
ajar kepada saya? Bukannya masih banyak ya orang yang lebih jago daripada
saya?”
Dia hanya menjawab sambil tersenyum, “ Setau ibu yang paling
jago di kampus ini cuma kamu”
Akupun hanya bisa merendah dan tersipu malu. Setelah kami
mengobrol panjang akhirnya kami telah deal
dengan waktu dan tempatnya. Siapa yang tidak mau semakin dekat dengan Ibu
Luna. Guru favorit dari mahasiswa. Akupun segera pulang dan tidak sabar untuk
menunggu hari itu tiba. Aku memang sengaja merahasiakan ini dari teman-temanku
bahkan dari orangtuaku. Aku tidak ingin mereka tahu kalau aku dekat dengan Bu
Luna.
Akhirnya hari yang kutunggupun tiba. Telah kupersiapkan
semua mulai dari berpakaian yang rapi,segala materi sampai bahan pembicaraan.
Akupun alngsung menuju ke alamt rumah yang Bu Luna berikan padaku waktu itu.
Kulihat sebuah rumahs sederhana dan masih berbau cat. Ya,tampaknya rumah Bu
Luna baru ditempati. Aku tekan bel yang tertempel pada dinding. Dan akhirnya Bu
Lunapun keluar.
Sungguh,penampilan beda yang kulihat. Dengan memakai baju you-can-see, Bu Luna tampak lebih muda.
Aku hanya terdiam dan matakupun hanya terpaku pada wajah Bu Luna yang cakep
itu. Akhirnya Bu Luna menepuk pundakku dan sontak aku merasa kaget. Akupun
masuk setelah Bu Luna memepersilahkanku. Kulihat semua benda-benda masih
tertata rapi di rumah itu. Ternyata dugaanku benar. Bu Luna menjelaskan bahwa ia baru pindahan dari kota asalnya.
Akupun langsung masuk ke ruang keluarganya. Kulihat piano yang masih bagus.
Akupun semakin semangat untuk mengajari Bu Luna dan tampaknya dia pun juga
senang dengan metode pembelajranku. Semakin lama aku semakin dekat dengan Bu
Luna. Berkat kursus piano yang kuberikan dia juga semakin dekat denganku. Kami
layaknya kakak dan adik. Dan diapun juga tak malu-malu lagi untuk menceritakan
kehidupan pribadinya kepadaku. Hingga suatu hari setelah aku pulang dari
kuliah,aku lihat Bu Luna yang tampaknya sedang menunggu angkutan untuk
mengantarnya pulang. Aku segera menepikan mobilku dan menghampirinya. Aku
berniat menawarkan tumpangan padanya. Awalnya dia menolak. Tapi setelah kurayu
dengan berbagai cara akhirnya dia mau. Aku segera membuka pintu dan
mempersilahkannya masuk. Di dalam mobil kami sempat mengobrol tentang
kesulitan-kesulitanku tentang pelajaran di kuliah. Canda tawapun juga hadir
dalam percakapan kami. Akupun mengajaknya sekalian makan malam. Diapun tidak
menolak. Akupun segera mencari rumah
makan yang berkesan romantis dan kemudian aku ingat bahwa teman ayahku punya
sebuah restoran yang suasananya sangat romantis. Aku langsung tancap gas dan
mengubah jalurku. Dan benar saat kami tiba di sana, Bu Luna berkata, “Pinter ya
kamu. Pilih tempat yang romantis begini” Aku hanya tersenyum dan lekas memilih
tempat yang nyaman. Setelah kami memesan makanan,kami melanjutkan obrolan yang
beberapa hari lalu sempat terputus. Dan tak kusangka usia Bu Luna hanya terpaut
2 tahun di atasku. Selama ini ia merahasiakan tentang usianya karena ia tidak
mau semua mahasiswanya tahu bahwa ia hanya terpaut 2 tahun dengan teman-teman
seusiaku . Pantas saja ia tampak masih muda. Kami merasa hubungan kami tak
hanya sebatas dosen dengan mahasiswanya. Saking deketnya,hubungan kami serasa
sahabat yang bisa saling diajak curhat atau seperti kakak adik yang bisa saling
menasehati. Dan karena kedekatan kami itulah aku tidak sungkan-sungkan lagi
untuk mengungkapkan perasaanku kepada Luna. Jujur sebenernya saya memang
mengagumi sosok Luna dan terkadang saya berpikir jika suatu saat saya
berpacaran dengan Luna. Memang aneh sih,jika teman-teman tau seorang dosen
berpacaran dengan mahasiswanya sendiri. Tapi bagiku itu bukanlah suatu
penghalang yang terpenting ialah kenyamanan dari kami berdua.
Pada suatu malam kusempatkan waktuku dan kuberanikan diriku
untuk mengajaka Luna makan malam. Rencanaku ialah ingin mengungkapkan rasaku
padanya. Kulihat sikap Luna yang belakangan ini berani terbuka dan memberi
harapan padaku. Harapan untuk membuat diriku menjadi pacarnya. Tapi ternyata
setelah Luna mengatakan hal itu baru kusadari harapan itu ternyata palsu.
Mungkin juga aku yang terlalu percaya diri pada suatu harapan.
Malam itu,malam yang tak pernah aku lupakan. Aku meminta
Luna untuk menemaniku makan malam dan seperti biasa ia tak pernah menolak. Aku
telah berpakaian rapi karena aku ingin membuat Luna terkesan padaku untuk
kesekian kalinya. Aku jemput dia di rumahnya dan setelah itu kami pergi makan
malam di salah satu restoran yang telah saya pesan. Memang,pada awalnya dia
terkesan dengan tempat yang kau pilih. Ya,itu memang restoran mahal dan hanya
orang-orang dari golongan tertentu saja yang bisa menikmati makan disana.
Sesuai rencanaku sebelumnya,selain mengajaknya makan malam aku juga ingin
mengungkapkan perasaanku padanya. Perasaan yang tak bisa dibohongi. Aku yakin
dia memiliki perasaan yang sama denganku. Keyakinanku semakin perkuat karena
kulihat ada “harapan” yang diberikan oleh Luna. Tapi semuanya itu salah! Saat
aku selesai mengatakan perasaan wajah Luna hanya terbengong padaku. Entah
karena kaget dengan ucapanku atau karna hal lain sampai-sampai tasnya terjatuh.
Kulihat ada sesuatu yang keluar dari tas itu. Kulihat ada namanya dan nama
seorang pria. Kalau tidak salah namanya Victor. Ya,Victor Kusuma. Ternyata tak
kusangka,itu adalah undangan pernikahan. Aku sontak terkejut. Mataku tiba-tiba
terbelalak. Jantungku serasa berhenti sejenak setelah melihat undangan
pernikahan yang tertulis namanya dan nama seorang pria. Sesaat Luna mengambil
tasnya itu ia mulai menjelaskan yang sebenarnya. Dengan nada terbata dan
perlahan-lahan akhirnya aku tau semua. Jadi semua ini dia lakukan karena dia
merasa kesepian saat tunangannya pergi keluar negeri untuk waktu yang cukup
lama. Jadi dulu dia memberitahuku tentang statusnya yang masih single itu juga
ternyata Cuma kebohongan belaka. Luna mengatakan kebohongan itu semua
dikarenakan dia ingin melihatku tidak canggung lagi saat berkomunikasi
dengannya. Dia ingin membuatku berasa lepas saat berhubungan dengannya seperti
yang kubilang tadi ibarat hubungan antara adik dan kakak. Ya,memang dia
berhasil membuatku semakin dekat dengannya. Tapi dibalik itu ada kebohongan
yang disembunyikan. Dia meminta maaf padaku. Aku hanya terdiam sambil menahana
kecewa yang ada pada diriku. Aku tak tahu harus berkata apa dan setelah ini aku
harus berbuat bagaimana. Kulihat tatapan matanya ada maksud baik dari semua
itu. Kulihat ada penyesalan dalam dirinya. Seperti seorang kakak yang
menasehati adiknya dia berkata, “Cinta sejati itu tidak harus memiliki. Cinta
sejati tidak pasti kapan ia datang dan kapan ia akan pergi. Cinta sejati itu
harus saling mengerti. Carilah cinta sejatimu di luar sana. Saya yakin ada
orang yang bisa buat kamu bahagia dan lebih baik dari saya” Luna memegang
tanganku seolah-olah sebagai isyarat untuk meyakinkanku. Akupun hanya tersenyum
sambil menahan kepedihanku. Nafsu makan yang tadinya ada sekarang mendadak
hilang setelah aku tau kenyataannya. Tak hanya sampai disitu,Luna memintaku
untuk mengiri lagu di pesta pernikahnnya nanti. Aku hanya bisa terdiam dan
bertindak seperti orang bodoh. Aku hanya bisa menerima kenyataan yang pedih
ini.
Namun,aku ingat ada seorang teman yang pernah mengatakan padaku,
“Hal terindah dari hidup ialah melihat orang yang kamu cintai bahagia meskipun kita harus meninggalkannya sekalipun. Biarkanlah dia pergi. Jika dia memang jodohmu dia pasti akan kembali dan jika tidak maka dia akan pergi untuk selamanya.”
Teringat akan kata-kata temanku itulah akhirnya aku bisa menerima
kenyataan dan mulai langakhku yang baru yaitu sebagai musisi. Dan sampai
sekarang aku masih berteman baik dengan Luna serta suaminya.
“Cinta memang tak selalu berakhir bahagia. Terkadan ada suatu akhir buruk yang akan datang. Tapi percayalah bahwa cinta sejati tidak perlu susah-susah dicari karena ia pasti akan datang dengan sendirinya.”
SELESAI
Komentar
Posting Komentar