Melawan Perih

MELAWAN PERIH

“Jika waktu tak mampu menjawab doaku,aku hanya bisa diam membisu. Seolah-olah mengiringi waktu yang kian berlalu,melawan perih tiap kumengingatmu” - Tommy

Jumat,14 Februari pukul tujuh malam. Sudah menjadi rutinitas tiap Jumat malam untuk berkumpul bersama keluarga besar dari ayahku. Namun,malam ini berbeda dari malam-malam yang biasanya dikarenakan aku harus membersihkan seisi rumahku yang berdebu. Wajar,kami sekeluarga jarang membersihkan rumah. Sudah banyak buku-buku yang tertumpuk,ayahku sempat menyuruhku untuk membakar atau menjualnya namun aku gak pernah mau dikarenakan beberapa buku ini menyimpan kenangan yang selalu aku ingat. Aku selalu menyimpan rapi buku-buku ini sama seperti isi buku diary yang pernah aku tulis. Gak sengaja kubuka buku diary yang telah kutumpuk rapi di dalam kardus yang telah usang ini. Kubuka halaman demi halaman. Kubaca kalimat demi kalimat. Semakin lama kularut dalam tulisanku yang lalu,semakin kuingat kenangan yang pernah kubuat bersamanya.

Kutemukan foto-foto bersamanya ketika kita masih bisa bercanda tawa,berbagi duka,dan menikmati makna hidup berdua. Aku Tommy,usiaku sekarang sudah beranjak dewasa dimana aku sudah bisa menentukan pilihanku sendiri,namun kenangan yang baru saja aku lihat meningatkanku pada seorang cewek yang pernah mengubah jalan pikiranku seperti ini. Clarissa,cewek pertama yang kukenal saat aku masih kuliah. Awal pertama kukenal dia orangnya cuek dan sok jual mahal. Pikirku itu pasti merupakan hal yang biasa saat seorang cewek baru saja mengenal pria. Tapi semakin dia menunjukkan sifat “cool” nya itu,semakin aku ingin mencari tahu lebih tentang dirinya. Pada awalnya aku juga gak mau terlalu dekat dengannya,layaknya seorang teman yang baru kenal pasti setidaknya saling bertegur sapa. Hari demi hari,tiap kali aku bertemu dengannya pasti aku menyapanya dan dia juga membalas sapaanku. Aku masih belum mengajaknya mengobrol lebih lanjut. Semenjak SMA aku memang dikenal memiliki sifat cuek dan gengsi yang tinggi. Oleh karena itu,wajar saja jika aku berpikir dua kali untuk menyapanya.

Pada waktu perkuliahan dulu,kelasku selalu mendapat bagian kerja kelompok tiap kali mendapatkan tugas dan untungnya waktu itu aku mendapat bagian kerja kelompok dengan Clarissa. Dari sini lah aku mendapat kesempatan untuk mengenalnya lebih lanjut. Satu dua minggu aku sudah mulai mengobrol banyak dengannya. Jika dilihat dari cara belajarnya,Clarissa bukanlah cewek yang rajin belajar. Jika dibandingin dengan anak-anak kelas lainnya,aku bisa nilai Clarissa tergolong anak yang “standart” dalam hal belajar. Suatu hari aku bertanya tugas yang baru saja diberikan,

“Clar,kapan kita kerjain tugas fisikanya?”

“Enaknya kapan ya? Kalo sore ini aku ga bisa,Tom. Aku mau pergi.”

“Oh,ya gak harus sore ini juga kok. Ya udah ntar kalo mau kerja kabarin lagi ya”

“Oke,Tom. Aku pulang duluan ya!”
Sesegera mungkin Clarissa masuk ke dalam mobilnya. Tampaknya dia sudah tergesa-gesa. Entah mungkin ada urusan penting atau ada hal lainnya aku gak berani menanyakannya.
Keesokan harinya aku bertemu lagi dengannya di parkiran kampus. Kubuka jendela mobilku.

“Clar,mau ke kelas kan? Tunggu ya.”

“Oh,Oke Tom!”

Sesegera aku parkirkan mobilku dan berjalan mendekatinya.

“Clar,tugas yang kemarin udah aku kerjain cuma ada satu nomer yang aku belum ngerti. Lainnya tolong diperiksa ya”

“Wih,kamu beneran udah kerja? Rajin banget,Tom!”

“Ya beneranlah. Ini kertasnya bawa dulu aja,sekalian buat kamu belajar-belajar”

“Oke,Tom. Thanks ya. Aku bawa sekalian aku kerjain yang kurang”
Dia tergolong anak yang pendiam di kelas. Tempat duduk di bagian belakang selalu jadi tempat favorit bersama teman-teman akrabnya. Ternyata benar dugaanku,Clarissa bukanlah cewek sependiam itu. Sesekali juga dia slalu buat keramaian,entah dari ketawanya,entah dari suaranya bicara,pokoknya hal-hal konyol lainnya.
Seusai pulang kuliah,aku langsung memacu mobilku menuju rumah. Aku langsung menuju kamarku,karena hanya di dalam kamar aku menemukan ketenangan di dalam rumah. Perlu kalian ketahui,hubunganku dengan orang tuaku tidak seharmonis keluarga-keluarga yang lain. Pola pikir orang tuaku selalu berbeda dengan pola pikirku,mereka masih menganggapku seperti anak kecil. Akhirnya aku habiskan waktu untuk berganti hari hanya dengan berbaring di kasur sampai aku tertidur. Tiba-tiba aku di bangunkan dengan suara Blackberry,kubuka ternyata Clarrisa. Ah,hanya hal sepele ternyata masalah tugas. Awalnya sih aku mau berniat cuek,tapi aku juga punya tanggung jawab juga dalam kerja kelompok ini.

“Tom,tugasnya udah selesai. Aku udah kerja yang kosong.”

“Oh ya,Thanks ya! Besok bawa ya buat dikumpulin”

“Oke,Bos!”
Sesekali aku check PM BBMnya,dan entah kenapa saat itu tanganku mengetik,

“Clar,kamu kenapa? Pmmu......”

“Kenapa Pmku? Hahahahaha. Gpp,Tom. Biasa ada masalah”

“Masalah apa? Kalo pingin cerita,aku siap dengerin kok”

“hahahaha,oke Tom. Tapi kali ini aku blum bisa cerita. Aku mau istirahat dulu ya”

Sifat tertutupnya semakin membuatku ingin mencari tahu lebih banyak tentangnya. Selama ini dia aku kenal sebagai cewek yang selalu ceria,kemana-mana slalu ketawa,dan orangnya suka diajak bercanda. Tapi gak ada yang bisa tau apa isi hati dia sebenarnya. Aku juga orang yang sifatnya tertutup. Sangat tertutup. Aku mau slalu ada buat orang saat orang lain itu butuh,ini dikarenakan aku pernah mengalami bagaimana rasanya bercerita tapi tidak ada yang mendengar,disaat bersedih tetapi tidak ada yang peduli. Hingga tiba suatu malam,aku membaca PM yang gak wajar dari dia.

“Clar,Are You Okay?”

“Of Course,I’m Okay. Why?”

“Yes,from outside You’re Okay. But how about your heart? How bout your mind?”

 “Ha,Ya gitu deh,Tom. Kamu tau dari Pm-pmku ya? Sorry ya,rame di RU”

“hahahahaha. No problem. Ga Cuma di RU sih,di kelas kamu juga rame. Hahaha. Emang kamu kenapa? Ayo cerita”

“Gimana ya mulainya? Aku lagi ada masalah sama keluargaku. Aku bosen dalem keadaan gini,Tom. Aku ga bisa denger mama papaku ribut terus. Mereka mau cerai. Aku kasian sama adikku.”

“Clar,aku juga sama kayak kamu. Cuma bedanya masalah konfliknya ada di aku sama orang tuaku. Terus gimana masalahnya?”

“Aku males cerita lewat BBm,Tom. Panjang ngetiknya.hahahahahah”

“Oke,besok sepulang kampus ada acara ga? Kita ketemuan di Cafe Lebby ya?”

“Kok kamu pengen tau banget sih? Kamu kepo? Hahahhaha. Oke,Tom. Thanks anyway”

Dan anehnya,kenapa aku bisa sampe sepeduli itu sama dia? Dia bukan sapa-sapa aku. Kenal aja baru 2 bulan. Kemana sifat cuekku pas aku butuhkan begini? Terkadang aku berpikir lebih memilih cuek dan diam daripada harus perhatian pada seseorang,namun dia tidak menganggapku.

Sepulang kampus,aku memacu mobilku ke Cafe Lebby. Tempat ini slalu menjadi tempat favoritku menghabiskan waktu sendirian. Iya,sendirian. Sekali lagi aku bilang,aku lebih memilih sendiri daripada bersama orang-orang yang pada suatu saat akan pergi begitu saja. Sampai di parkiran,aku sudah melihat mobil Clarissa. Sesegera aku parkir mobilku di samping mobilnya.

“Sorry Clar. Aku baru nyampe,baru isi bensin soalnya. Kamu udah lama?”

“Udah lama kok. Udah 5 menit yang lalu”

“Hahahahha. Kamu nyindir aku?? Udah pesen makan?”

Setelah kami memesan makan,aku langsung menanyakan masalah kemarin padanya.

“Clar,masalah mama papamu gimana? Kok bisa gitu?”

“Sebenernya mama papaku udah gak tinggal serumah lagi. Biasanya mama,aku,sama adik ku tinggal di rumah sini. Papaku tinggal di rumah Jakarta. Biasalah Tom masalah kerjaan. Papaku orangnya pekerja keras. Dapet tender dimana-mana. Sementara mamaku orangnya itu pengen kita sekeluarga kumpul bareng. Sekali-kali hanya sekedar makan bareng keluarga itu mamaku udah seneng. Mamaku kayak orang yang gak punya suami,Tom. Tiap kali dia liat keluarga temen-temennya,dia selalu iri Tom,soalnya mamaku masih pingin keluarganya utuh kayak gitu.”

“Trus,apa kamu pernah nyadarin mamamu kalo papamu itu kerja di luar kota juga buat mamamu dan anak-anaknya?

“Udah Tom,tapi tiap kali mama papaku ngumpul pasti slalu bertengkar. Aku ngeliat mereka kayak anak kecil Tom. Kadang aku malu sama temen-temenku,sama tetangga-tetanggaku. Tiap kali mereka bertengkar,aku slalu diem di kamar,doa,sambil nangis minta tolong sama Tuhan kalo mereka berdua cepet akur. Aku kasian sama adikku sebenernya. Dia masih SMP,aku mikir kalo dia gak bisa lanjut sekolah nanti gara-gara kedua orang tuaku gimana?”

“Trus kamu ga kasian sama dirimu sendiri? Ya udah deh,berhubung agama kita sama,besok aku temenin kamu ke geraja ya. Kita doa bareng,biar masalah mama papamu cepet selesai. Aku juga pengen doain mama papaku juga,abis denger cerita dari kamu. Aku jadi kangen mereka”

“Hahahahah,ya semoga keluargamu tetep utuh Tom,sampe kamu tua nanti. Ya udah makan dulu,keburu makananya dingin.”

Selesai makan kami pulang dan aku gak sabar menunggu besok untuk menemaninya ke gereja. Sebelum pulang dari Cafe kemarin,aku sempat menanyakan alamat rumahnya. Aku jemput dia,kemudian kita pergi ke gereja bersama. Sesekali aku liat mimik wajahnya selagi berdoa,masih tampak ketakutan dan keraguan darinya. Mungkin karena dia tidak tahu apa rencana Tuhan baginya. Yang dia takutkan ialah,bagaimana jika rencana Tuhan tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Aku coba berbisik padanya untuk tetep berpikir positif dan tetap percaya pada kehendak Tuhan. Sepulang gereja kami sempat mengobrol di dalam mobil selagi menuju jalan pulang. Ternyata Clarissa orangnya enak diajak ngobrol. Dia gak terlalu cuek. Sesekali kami bergurau di dalam mobil. Ternyata benar,cuma candaan yang bisa bikin dia ketawa seolah-olah dia bisa melupakan masalah keluarganya.

Hari bergant minggu. Minggu berganti bulan. Sudah 2 bulan ini dia gak pernah galau masalah keluarganya. Tiap kali aku temui di kampus,dia juga tampak senang. Lalu aku memanggilnya dan bertanya

“Clar,gimana kabarmu? Kabar mama papa sehat?”

“Hei,Puji Tuhan aku sehat. Mama papa juga sehat”

“Oh ya udah deh Puji Tuhan,ya!”

“Eh,Tom tau gak. Udah 2 minggu ini mama papaku gak pernah tengkar lagi lho. Padahal mereka sekarang tinggal serumah. Aku seneng Tom,aku bisa kumpul bareng keluarga lagi. Mamaku juga keliatannya seneng. Papku udah buat komitmen untuk tiap 5 hari sekali pulang Surabaya buat kumpul bareng keluarga kita.”

“I’m glad to hear that. Aku seneng kamu seneng. Berarti doa kita manjur dong?”

“Iya,Tom. Makasih doanya kapan hari ya.”

“Oke,Clar. Kalo ada apa-apa atau pengen cerita lagi,aku siap bantu dan dengerin”

“Siap,Kaks”

Memang aneh rasanya ngeliat masalah sendiri yang belum beres tapi kita udah ada buat orang lain buat menyelesaikan masalahnya. Namun,percayalah kebahgiaan paling berharga adalah ketika kita membuat orang lain bahagia. Dari sinilah aku bisa jauh lebih dekat dengan Clarissa. Kami layaknya sudah seperti hubungan kakak-adik,layaknya seperti hubungan sepasang sahabat yang gak bisa terpisahkan waktu. Bagaimana dengan hubungan pacaran? Aku masih belum berani dikarenakan aku masih punya luka lama yang masih susah buat disembuhkan. Begitu juga dengannya. Clarissa pernah bercerita kepadaku tentang love live-nya. Kami sama-sama memiliki masalah yang sama yaitu mudah mencintai tetapi susah melupakan. Aku juga pernah berkata padanya cara melupakan orang yang ada di masa lalu kita ada,pertama biarkan waktu berlalu atau kedua menerima orang yang baru. Kami mencoba untuk saling peduli satu sama lain,tapi diantara kami masih membatasi hubungan kami. Kami takut jika kami saling mencintai,kami akan saling menyakiti. Jujur saja,hubungan sahabat lebih menjanjikan daripada hubungan sepasang kekasih. Ada istilah mantan pacar tapi gak ada istilah mantan sahabat. Hari demi hari,minggu demi minggu aku selalu menuliskan kejadian-kejadian indah maupun susah bersama Clarissa di dalam diaryku.


“Sabtu,18 Oktober. Dunia terasa begitu sempit. Entah kenapa tiap kali aku bergerak hanya ada dia di dalam ruang gerakku. Tiap kali aku bernafas,aku merasakan nadinya berdetak dalam tubuhku. Aku merasakan genggaman tangannya melengkapi jarak diantara jari-jariku. Apakah ini sebuah simphoni dari hati atau hanya sebuah halusinasi. Selamat malam,diary.”


“Minggu,19 Oktober. Sebuah tanda tanya besar melekat di dalam otakku. Aku slalu mendapat apa yang aku inginkan tapi bukan apa yang aku butuhkan. Mendapat apa yang aku cari tapi tidak pernah kutemui. Sama sepertinya,apa tawa itu hanya meninggalkan setitik harapan palsu atau justru itu pertanda bahwa dia adalah jalan terakhirku? Andai dia tau,diary”


Setiap hari,setiap malam selalu kutuliskan kata-kata yang tak pernah terucap. Percayalah,jika kamu ingin berbicara tapi entah kenapa bibirmu susah untuk bergerak,menulis adalah cara terbaikmu untuk mengungkapkan semua emosimu.

So wake me up when it’s all over
When i’m wiser and i’m older
All this time i was finding myself and i didnt know i was lost.

Ternyata aku dibangunkan oleh suara HP. Kulihat ternyata telepon dari Clarissa.

“Hallo,kenapa Clar?”

“Tom,kamu dimana? Bisa temenin aku di rumah sakit ga?”

“Lho siapa sakit? Kamu kenapa?”

“Bukan aku yang sakit,ntar aku ceritain. Kamu bisa gak temenin aku?”

“Bisa banget,Clar. Kamu dimana sekarang?”

“Aku Bbmin alamatnya deh.”
Sesaat setelah menerima alamat rumah sakitnya,aku segera mandi,dan setelah itu langsung memacu mobilku. Sesampainya disana aku segera menemui Clarissa dan kulihat mukanya sudah mulai pucat. Entah kenapa masalahnya,aku belum bertanya.

“Clar,kamu kenapa? Siapa yang sakit?”

“Nenekku,Tom. Sakitnya udah parah dari lama. Cuma tadi pagi kambuh lagi. Mama papaku lagi di luar kota. Aku sendirian di rumah. Nenekku langsung aku bawa ke rumah sakit ini.”

“Udah ga usa nangis. Aku bakal temenin kamu jagain nenek ya. Ntar kalo udah ada dokter sama suster yang nanganin,aku anterin kamu pulang ya. Matamu merah itu. Kebanyakan nangis atau ngantuk itu? Kamu juga pasti belum makan,kan?”

“Iya,Tom. Makasih banget. Sorry aku ngrepotin.”

“Aku gak pernah repot kalo buat orang yang butuhin aku”

Dan untuk kesekian kalinya aku terlalu peduli buat orang yang belum tentu jadi “bagian hidupku.” Tapi sesekali aku lihat wajahnya sudah mulai bisa sedikit tersenyum. Malamnya kami berangkat lagi ke rumah sakit untuk menjenguk neneknya. Clarissa sudah tampak mengantuk namun dia gak peduli dengan keadaan itu. Sambil menunggu aku mengajaknya ngobrol,

“Nenekmu sakit apa emang?”

“Kanker,Tom. Udah lama. Cuma kata dokter bisa kambuh kapan aja. Aku aja kaget tiba-tiba 
nenekku tadi pagi lemas gini.”

“Aku punya tetangga,Clar. Dulu dia juga pernah sakit kanker. Ga tau kenapa dia sekarang bisa sehat. Justru keliatan lebih sehat dari sebelumnya. Ternyata selai dari pengobatan dokter,kanker itu bisa sembuh sendirinya,lho. Caranya buat nenekmu seneng-seneng aja. Buat ketawa,jangan ingetin kalo dia sakit. Perhatian itu juga bisa buat nenekmu sembuh. Ntar kalo nenekmu udah siuman langsung peluk dia,cium dia. Pokoknya buat dia senenglah. Oh ya,sama satu lagi,jangan lupa doain nenekmu ya”

“Oh ya? Kok keren ceritamu? Iya deh Tom,smoga besok udah siuman,malem ini aku juga mau doa kok.

“Ya udah,gimana kalo kita doa bareng?”

“Okee deh,Tom!”

Aku percaya,doa bersama lebih didengar Tuhan. Aku juga percaya Tuhan pasti mendengar dan memberikan yang jauh lebih baik daripada yang diminta umatNya. Dan percaya atau tidak,keesokan harinya saat Clarissa terbangun dari tidur,neneknya sudah bisa membuka mata. Neneknya sudah siuman. Clarissa langsung memeluk dan mencium kening neneknya. Tampak wajah bahagia dari neneknya. Aku langsung mengingat nenekku. Aku hanya bisa berkata dalam hati, “Nek,apa kabar? Hari ini aku sudah bisa membuat orang lain bahagia. Apa nenek juga bahagia di surga?” Aku sangat merindukan sosok seorang nenek. Tapi aku percaya nenekku pasti jauh lebih berbahagia di surga sana.

Aku sengaja membiarkan Clarissa mengahabiskan waktu berdua dengan neneknya. Aku gak mau mengganggu momen indah mereka berdua. Sebelum pulang aku menginggatkan kembali nasehatku kepada Clarissta kemarin malam. Aku harap semoga neneknya cepat pulih dan bisa berkumpul bersama keluarga besarnya lagi. Masalah satu selesai,semoga masalah yang ini juga cepat selesai. Jujur saja,melihat orang yang kamu cintai berbahagia,kamu juga pasti ikut berbahagia.

Sudah 1 bulan lebih aku tidak mendengar kabar dari Clarissa,aku harap dia sekeluarga baik-baik saja. Hari ini,13 November tepat hari ulang tahun Clarissa. Sudah sejak lama aku merencanakan surprise ini. Aku bangun pgi,tepat pukul 12 malam aku segera ambil Hpku untuk menelponnya,

“Hallo..ini siapa?”

Tampaknya dia masih belum tertidur dan dia gak mengenali nomer baruku.

“Happy birthday..happy birthday to you. Panjang umur ya,sehat selalu. Aku terlalu berharap banyak diulang tahunmu sekarang. Intinya aku pengen apa yang kamu pengenin tercapai. Tuhan memberkati”

“Hahahaha. Tommy! I know it’s you! Thank you,Tom”

Tak hanya itu saja,malamnya aku sengaja memberikan surprise yang jauh lebih baik dari pada hanya sekedar mengucapkan “Happy Birthday.” Malam harinya aku mengajaknya ke sebuah tempat yang dia belum pernah tau. Aku mengajaknya ke puncak gedung tertinggi di Surabaya. Di sana kita bisa melihat pemandangan lampu-lampu yang sangat bagus. Gak hanya itu,aku sengaja memesan tempat makan di atas gedung tersebut. Dia tampak kebingungan sekaligus kagum dengan surpriseku kali ini. Kembang api yang menyala,sesekali mengubah fokusnya dari makanan menuju nyala kembang api yang indah. Dan sekali lagi aku katakan,membuat orang yang kita cintai bahagia,juga akan membuat kita bahagia. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Masih ada satu lagi surprise yang ingin aku sampaikan. Saat sampai di depan rumahnya aku mengatakan perasaanku. Apa kita diberi kekuatan untuk bisa memendam perasaan terlalu lama? Jika iya,mungkin aku termasuk orang yang lemah dalam hal itu.

“Clar,kita udah berapa lama ya kenal?

“Udah berapa lama ya,Tom? Lama banget pasti. Why?”

“Let me ask you. Pernah gak kamu ngerasa kalo kita ini lebih dari sekedar sahabat,lebih dari 
hubungan kakak adik? Aku ngerasa dan aku udah nganggep kalo kamu itu pacar aku sendiri. Aku udah bisa ngerasain jari-jarimu ada disela-sela jari-jariku. Kamu orang terakhir yang aku pikirin sebelum aku tidur dan kamu orang pertama yang aku pikirin sehabis bangun tidur. Kamu mau jadi pacarku?”

“Ha? Tom,kamu gak lagi mabukkan? Kok tiba-tiba kamu tanya gitu?”

“Soalnya aku udah...........”

Kemudian papa Clarissa keluar dari rumah dan melihat mobilku. Sesegera aku keluar dari mobil dan memberi salam padanya.

“Malem om,ini Clarissanya udah pulang. Makasih udah ijinin pergi bareng tadi”

“Iya,Tom. Lain kali main-main ke sini gapapa”

“Oke om,pamit pulang dulu ya. Udah malem”

Tanda tanya masih mengisi benakku. Rasa tidak puas campur aduk dengan jengkel jadi satu ada di dalam kepalaku. Sesampai di rumah aku segera menelponnya.

“Clar,jadi sebenernya gini tadi aku mau bilang kalo aku udah nyimpen perasaan ini udah lama Cuma aku belum berani bilang ke kamu. Aku takut Clar. Aku takut kamu nolak,aku takut sakit hati.”

“Tom,makasih banget buat perhatianmu selama ini. Makasih buat waktu-waktumu.Tapi kamu inget gak aku pernah bilang ke kamu kalo aku trauma sama yang namanya pacaran. Bukannya aku nolak kamu,aku cuma pengen kita nikmatin indahnya hubungan kita saat ini. Aku ngerasa kamu itu sahabat yang baik,kakak yang peduli,telinga yang ada waktu aku cerita,jari yang ada buat hapus ari mata tiap kali aku nangis. Makasih Tom. Cuma aku belum bisa nerima kamu”

Saat kata tak mampu lagi terucap dan air mata tak mampu lagi menetes aku hanya bisa bercerita lewat diaryku. Bahagia karena aku bisa melihat orang lain berbahagia,sedih karena apa yang aku inginkan belum aku dapatkan.

“Selasa,13 November. Malam ini terasa sepi. Saat bintang tak lagi menerangi malam. Saat sang bulan tak tersenyum pada keheningan malam. Aku terdiam,aku hanya bisa berkata dalam hati. Berharap aku bisa menatapnya lagi,walau itu hanya bayangannya sekalipun. Selalu kuberdoa tiap malam agar waktu tetap mengijinkanku untuk tetap bersamanya. Selalu kutanya waktu,masihkah ada kesempatan untukku agar bisa melihat senyumnya. Jika waktu tak mampu menjawab doaku,aku hanya bisa diam membisu. Seolah-olah mengiringi waktu yang kian berlalu,melawan perih tiap kumengingatmu

Percayalah jika seorang pria telah mencintai orang yang dia cintai,ia pasti akan berbahagia apapun kondisinya. Terkadang apapun masalahnya kita,kita selalu membuat orang lain berbahagia namun tidak selamanya kebahagian selalu dibalas dengan kebahagiaan juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersyukur atas kegagalan??

Dongeng Sebelum Tidur

ALLAH MAHA PENCEMBURU